Dalam kesempatan yang lalu saya menulis tentang Pemimpin Kelompok Kecil saya, Kak Angga. Tulisan kali ini saya buat untuk mengenang Adik Kelompok Kecil saya. Kalau hari ini Tuhan izinkan saya bertambah usia, 7 hari yang lalu Tuhan izinkan AKK saya menutup usia. This is a tribute for our beloved friend, Hartati Marbun.
Di awal pembagian kelompok PIPA, saya diberikan 4 anggota kelompok, tetapi akhirnya hanya 2 anggota yang meresponi, salah satunya Hartati Marbun. Sambil terus berusaha mengejar 2 anggota yang lainnya, kami bertiga memulai kelompok kami. Semua adek saya ini adalah mahasiswi D1. Kami berkenalan di pertemuan pertama kami, belajar mencari tahu tentang satu sama lain. Tati, demikian saya memanggilnya, adalah anak ke-3 dari 7 bersaudara. Dia adalah pribadi yang menyenangkan, selalu tersenyum dengan pipi kemerah-merahannya J Oiya, saya dan 2 orang adek kelompok saya ini sama-sama pernah masuk di fakultas kesehatan masyarakat sebelum menempuh pendidikan di STAN, walaupun kampus kami berbeda. Sebuah kebetulan? I guess not. Jurusan kami di STAN juga sama, pajak. Ini membuat kami nyambung satu dengan yang lain. Langsung dapat chemistry nya.
Setelah pertemuan pertama itu kami banyak berkomunikasi lewat BBM dan SMS, karena saya tidak tinggal di Bintaro. Ini juga yang menjadi pergumulan saya ketika menjadi pemimpin PIPA, jarak yang jauh mungkin membuat saya tidak bisa terus ada buat mereka. Tetapi saya melihat bagaimana PKK saya sebelumnya berjuang untuk kami para AKK nya, semangat itu lah yang mendorong saya juga untuk terus meluangkan waktu datang ke Bintaro demi bertemu adek-adek saya ini. Di luar kelompok, saya dan Tati biasa bertemu di gereja dan di Kebaktian Jumat PMK STAN. Saya ingat, setiap saya ada kesempatan datang KJ, Tati akan langsung datang menghampiri dengan senyumnya dan memeluk saya, menanyakan, “Kapan kita kumpul lagi Kak? Kita jalan-jalan yok kak ke Ragunan!”
Disusul dengan saling menanyakan kabar dan obrolan seputar studi atau keluarga. Di KJ tanggal 21 Februari 2014, saya berkesempatan melayani sebagai MC. Di awal ibadah, saya meminta Tati untuk maju, menceritakan bagaimana UAS yang baru saja diselesaikannya. Dia maju dengan malu-malu. “Aku berserah pada Tuhan untuk hasilnya,” katanya mengakhiri sharing tersebut. Setelah IP diumumkan , Tati mendapat IP yang luar biasa, 3.64. WOW!! Dia adalah seorang mahasiswi berprestasi yang aktif dengan berbagai kegiatan. Dia tergabung dlm ICC (Il Cantante Choir), organisasi mahasiswa pajak, team voli untuk kelasnya, dan tetap rajin datang KJ serta memberikan waktu untuk PIPA. That girl was no kidding!
Pertengahan April lalu saya mendengar Tati jatuh sakit. Saya dan Novita (adek PIPA saya) datang ke kosannya untuk menjenguknya. Hari itu tanggal 12 April 2014, hari dimana Tati juga merayakan ulang tahunnya yang ke-18. Kami datang ke kosan Tati dan penjaga kos mengatakan Tati sedang keluar. Kami memutuskan untuk menunggunya sambil makan malam. Sampai pukul 20.30, tidak ada kejelasan. Tapi kami begitu ingin bertemu Tati malam itu. Akhirnya kami kembali ke kosannya, thank God, Tati baru saja sampai di kosannya. Kami masuk ke kamarnya, merayakan ulang tahunnya meski sederhana. Tubuhnya terlihat begitu lemah, masih belum fit. DIa menceritakan tentang sakitnya, asam lambung katanya. Dokter memberikan banyak obat. Dia juga bercerita bahwa telepon genggamnya hilang saat di rumah sakit. Pantas saja kami sulit menghubunginya. Kami bercerita dan bercanda malam itu sampai kami temani Tati minum obat. Malam itu saya berjanji untuk membawakan sarapan untuknya keesokan hari, sekaligus membawa telepon genggam saya untuk dipinjamkan kepadanya supaya kami bisa tetap menghubungi. Sesuai dengan janji saya, Minggu pagi saya datang pagi-pagi ke kos Tati. Karena takut mengganggu istirahatnya, saya hanya titipkan sarapan dan telepon genggam itu kepada teman kosannya yang ada di depan kamarnya.
Setelah hari itu, saya mencoba menghubunginya tetapi sulit sekali. Tetapi saya dengar ada keluarga yang datang, saya jauh lebih tenang. Sampai saya mendengar kabar yang sangat mengejutkan 10 hari kemudian. Tati telah Tuhan panggil pulang L Hari itu saya benar-benar tidak dapat berpikir, menangis, tidak percaya. Saya tidak sempat melihat Tati untuk terakhir kalinya. Sore harinya saya datang ke Bintaro untuk bertemu Novita. Kami bertemu di tempat kami biasa berkumpul. Di taman antara gedung C dan D kampus STAN. Kami hanya menangis dan terdiam, masih tidak percaya dengan kabar itu. Dengan duka yang masih menyelumuti, kami berdua menundukkan kepala dan mencurahkan seluruh kesedihan kami kepada Bapa. Memori tentang kebersamaan kami masih sangat jelas. Baru bulan lalu kami menyelesaikan PIPA dan akan masuk ke bahan selanjutnya. Ibarat anak baru lahir, adek-adek ini sedang lucu-lucunya, gencar-gencarnya bertanya dengan penuh penasaran. Ya, seperti itulah mereka.
Satu-satunya hal yang menghibur kami adalah fakta bahwa Tati telah menyerahkan hatinya kepada Kristus. Salah satu ayat hafalan kami dalam kelompok PIPA yang terambil dari 1 Yohanes 5: 11-13 menyatakan dengan jelas apa yang dialami oleh orang percaya. Inilah sumber penghiburan terbesar bagi kami. Inilah Firman yang memberi kelegaan bagi kami yang sedang dirundung kedukaan.
5:11 Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.
5:12 Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup ; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.
5:13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.
Tuhan hanya memberikan waktu 6 bulan bagi saya dan Tati untuk saling mengenal. Waktu yang tidak cukup lama, mengingat kami tidak bertemu setiap hari. Tetapi hal yang penting bukan berapa lama waktu yang kami punya, melainkan bagaimana kami mempergunakan waktu yang singkat itu. Tuhan izinkan kami belajar mengenal Kristus, mengakui Dia dalam iman percaya kami, dan itu yang membuat 6 bulan kami terasa begitu berharga. Itu yang membuat kami yakin di mana ia akan menghabiskan kekekalan. Itulah yang membuat kami begitu rela melepaskannya.
Kini tinggal saya dan Novita. Kami akan tetap bertemu untuk melanjutkan kelompok kecil, sambil terus mengingat saudari kami terkasih, Hartati. Pada akhirnya kami harus mengakui bahwa Tuhanlah pemilik segala sesuatu, kami hanya dipinjami. Ia telah kembali kepada Pribadi yang jauh lebih mengasihinya. Saya hanya bisa bersyukur dan merasa takjub melihat Allah telah mempercayakan Tati untuk ada dalam kelompok kami. Kepergian Tati merupakan reminder bagi saya bahwa tanggung jawab yang Tuhan telah percayakan harus kita kerjakan dengan sungguh-sungguh dan penuh ketekunan. Apalagi ketika itu menyangkut jiwa. Satu jiwa begitu berharga bagi Allah.
Bagaimana dengan teman-teman PPIPA/PKK? Masih adakah adek-adek yang telah Tuhan percayakan kepadamu tetapi masih belum terjangkau hingga saat ini? Perjuangkanlah mereka, kejar mereka, doakan mereka, selama masih ada waktu.
Rest in Peace, Hartati Marbun. Till we meet again in the eternal home :’)
Ultah Tati ke18 – Tempat kami biasa PIPA- KJ PMK STAN